Jumat, 17 November 2017

Pekalongan Kota Batik

Jika paris disebut-sebut sebagai Kota Cahaya maka Pekalongan mendapat julukannya sebagai Kota Batik. Ya, Kota Batik itu ya di Pekalongan, bukan Solo ataupun Yogyakarta. Walaupun kedua kota tersebut terkenal akan batiknya tetapi mereka tidak disebut Kota Batik. Tahu ga sih Pekalongan itu dimana? Banyka teman saya yang bertanya "Pekalongan itu dimana sih? Jawa Barat, Tengah atau Timur?" bahkan ada yang mengeluarkan pernyataan "Pekalongan itu Sunda atau Jawa?". Bagi Anda yang tidak begitu hafal peta Jawa mungkin akan kesusahan untuk melirik lokasinya yang berada di utara Pulau Jawa. Bagi Anda yang biasa mudik melewati jalur Pantura sangat besar kemungkinannya melewati kota ini untuk singgah beristirahat sebentar maupun berbelanja oleh-oleh khasnya yaitu Batik.


Pernahkah terbayang kenapa kota tersebut dijuluki kota Batik? Batik sendiri selain sebagai salah satu mata pencaharian pokok warga Pekalongan juga termasuk singkatan dari Bersih, Aman, Tertib, Indah dan Komunikatif. Batik pun telah mendarah daging bagi warganya, mereka menggunakan batik dalam kehidupan sehar-hari. Jantung kehidupan kota Pekalongan adalah Batik. Industri Batik menggerakkan lebih dari 1000 keluarga untuk bertahan hidup. Industri ini sendiri semacam turun temurun. Jadi jika satu keluarga sudah menjalankan usaha batik maka keturunan lainya pun akan bergerak dalam bidang ini. Sementara orang-orang yang tidak bergerak dalam industri batik dapat membuka usaha lainnya seperti usaha kain, benang, jin, industry rumah tangga dan lain sebagainya. Darah orang-orang Pekalongan sendiri sangat terpancar sebagai Entrepreneur atau pengusaha. Sebagai bisnis yang paling maju, banyak sekali dibukai gerai batik yang biasanya dimiliki satu orang ataupun sebuah keluarga. Ada juga terdapat pasar terbesar dan terlengkap yang menjual serba-serbi batik yang bernama Pasar Grosir Setono. Disini menyediakan batik untuk tidur, ada juga bahan sutra, tas, sandal, kemeja, seprai, blus, rajutan dan apapun itu dapat Anda temukan disini. Harganya sangat terjangkau dan dijual untuk beragam usia serta jenis kelamin. Jika Anda ingin mengetahui sejarah dan cara pembuatan Batik, maka Anda dapat berkunjung ke Museum Batik. Museum ini didirikan pada tahun 1990 dan sempat direnovasi pada tahun 1998 dan sekarang museum ini dibuka untuk umum. Di museum ini terdapat berbagai macam koleksi batik, baik dari batik jaman Belanda sampai batik kontemporer. Jika Anda berkenan untuk belajar membatik maka ada workshop yang dapat Anda ikuti disini. Anda akan diberikan kain kecil untuk membatik dan kain tersebut dapat dibawa pulang sebagai bukti dan kenang-kenangan Anda pernah membatik. Seru kan? Saya sendiri sebagai warga asli Pekalongan sangat berharap pengelolaan museum ini dapat lebih terstruktur dan ditingkatkan lagi sehingga dapat menjadi sebuah ikon wisata bagi kota ini yang menasbihkan dirinya sebagai kota Batik. Pemerintah, bersama dengan Asosiasi Pengusaha Batik, dengan mengadakan Festival Batik setiap tahunnya. Pada festival tersebut, para pengrajin batik memperlihatkan kreasi mereka kepada masyarakat. Berbagai jajanan juga menambah semaraknya acara tersebut. Pada tahun 2007, festival ini diadakan secara internasional dengan bekerjasama dengan berbagai Negara tetangga. Wakil presiden kita waktu itu, Moh. Jusuf Kalla, juga ikut datang untuk meresmikan Kampoeng Batik. Kampoeng Batik adalah sebuah gang berisi keluarga yang biasanya mereka adalah pengrajin batik dan membuat batiknya langsung di rumah atau home industry. Jadi jika Anda berkunjung ke kota Pekalongan, maka Anda juga wajib datang ke kampung ini untuk melihat proses pembuatan batik secara langsung dan membelinya. Selain orang Jawa, disini juga terdapat perbedaan etnis tertentu yang menambah keragaman penduduknya. Bahkan, kota Pekalongan terkenal juga dengan "kota yang banyak Arabnya'. Saya tidak bermaksud menyinggung SARA disini tetapi hanya ingin menjabarkan penduduk kota ini secara antropolgis. Disini juga terdapat etnis China yang membuat Pecinan sendiri bersebelahan dengan wilayah yang ditinggali oleh etnis arab yang biasa disebut dengan Kampung Arab. Tidak pernah ada konflik berupa SARA disini, mereka hidup dengan damai. Para warga keturunan China sendiri biasanya menjual barang-barang elektronik atau toko-toko kecil. Sedangkan etnis Arab menjual makanan dan jajanan khas Timur Tengah seperti cane, samosa, nasi kebuli dan makanan berbahan daging kambing. Sebagian dari mereka juga bergerak di industri batik. 




Load disqus comments

0 komentar